ARTIKEL DISLEKSIA
Hi, parents!
Pada artikel NBP Center sebelumnya kita membahas tentang disleksia beserta
macam-macam permasalahan yang menyertainya. Nah, pada artikel kali ini kita
akan membahas metode belajar yang cocok digunakan untuk anak-anak
disleksia ya parents!
Disleksia merupakan gangguan belajar spesifik, namun masih memiliki potensi
untuk belajar dengan syarat IQ normal atau lebih. Oleh karena itu, perlu tips
dan trik khusus serta dibarengi dengan strategi belajar sesuai dengan profil
anak masing-masing sebagai seorang individu. Salah satu metodenya adalah
multisensori.
Multisensori terdiri dari 2 kata, yakni “multi” dan “sensori”. Dalam KBBI, multi
berarti banyak atau lebih dari satu. Sedangkan “sensori” artinya panca indera.
Maka, metode multisensori merupakan cara belajar yang memanfaatkan
seluruh indera untuk mengenal dan mempelajari sesuatu. Melalui metode ini,
anak dapat menggunakan kemampuan memori visual (penglihatan), auditori
(pendengaran), kinestetik (gerakan), serta taktil (sentuhan). Melalui metode ini,
anak disleksia diberikan sarana belajar dengan disajikan berbagai media
sebagai bentuk memanfaatkan modalitas (indera).
Mengapa metode multisensori dapat menjadi cara yang asyik untuk belajar
bagi anak disleksia?
Hal tersebut dikarenakan, metode ini dapat meningkatkan motivasi dan
semangat untuk mempelajari sesuatu, menambah stimulus untuk mengikuti
kegiatan belajar yang diberikan dalam bentuk yang menyenangkan layaknya
bermain, bahkan secara bersamaan dapat meningkatkan konsentrasi anak
untuk memahami yang sedang dipelajarinya.
Bagaimana metode multisensori bekerja pada kegiatan belajar anak
disleksia?
Ketika belajar, informasi atau stimulus yang diterima oleh alat indera akan
diteruskan saraf sensorik ke otak. Di dalam otak terdapat berbagai informasi
yang didapat dari melihat, mendengarkan, atau meraba akan dikembangkan
kemudian akan memberikan respons. Respons tersebut muncul karena
adanya perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman individu yang
berbeda-beda.
Cara-cara yang dilakukan dalam belajar menggunakan metode multisensori
memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan, dan
sentuhan sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf
atau mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan urutan. Media yang digunakan
dapat memanfaatkan benda-benda di lingkungan sekitar, diantaranya batu
untuk belajar menghitung, spons dan beragam benda bertekstur untuk
mengenalkan anak pada wujud konkrit permukaan benda (lembut atau kasar),
lompat kanan-kiri, membuat lingkaran jam menggunakan kapur di halaman
untuk mempelajari durasi waktu sederhana, dan lain sebagainya.
Pada anak yang mengalami kesulitan mengalami kesulitan dalam memahami
komponen kata dan kalimat, umumnya juga mengalami kesulitan menulis.
Kemampuan membaca dan menulis selalu berkaitan erat dengan kesulitan
bahasa karena dalam komunikasi saling terintegrasi. Dalam potret sehari-hari
anak sering mendapat label yang salah seperti bodo, malas, nakal, lamban,
dan kurang motivasi. Pembiaran dalam tatakelola, fasilitasi yang berlebihan
dari helper, tugas yang selalu dibantu atau dikerjakan oleh guru, mendapatkan
hukuman, atau sampai dikeluarkan dari sekolah, dapat mengakibatkan anak
disleksia tidak berkembang, bahkan berbagai komplikasi dapat timbul, seperti
kepercayaan diri yang turun, gangguan kecemasan, merasa diri tidak berharga
hingga bunuh diri.
Metode multisensori ini diharapkan dapat menjadi cara belajar yang tepat untuk
mengembangkan kemampuan belajar pada anak disleksia. Melalui pembelajaran
yang aktif dengan memanfaatkan panca indera, informasi yang diterima dan
diproses oleh otak akan lebih mudah untuk dipahami dan diingat oleh anak-anak
disleksia. (Rostika Hardianti, S.Psi)
Referensi: Supena, A., & Dewi, I. R. (2021). Metode multisensori untuk siswa
disleksia di sekolah dasar. Jurnal Basicedu, 5(1), 110-120.
https://jbasic.org/index.php/basicedu
Kembali
Komentar/ Tanggapan Artikel
404 Not Found
belum ada tanggapan/ komentar